Wednesday, October 24, 2012

Jokowi oh Jokowi

Fenomena Jokowi Meski sudah dilantik menjadi Gubernur dan Wakil gubernur, pemberitaan tentang Jokowi-Ahok masih terus menghiasi media-media local maupun nasional. Dari media cetak, audio-visual dan elektronik. Aksi ‘blusukan’ Jokowi, dan rencana-rencana penertiban PNS pleh wakilnya, dikuntit wartawan, bak selebritis. Turba, atau turun ke bawah, atau blusukan menurut istilah sang gubernur, hasilnya membuka mata banyak oran, nahwa banyak masalah yang harus diurusi di ibukota ini. Yang jadi pertanyaan saya, lantas apa saja yang dikerjakan oleh gubernur2 terdahulu? Macet, banjir, kampung kumuh, dan sampah, seharusnya (dulu) bisa ditata lebih dulu sebelum telanjur parah seperti sekarang. Jujur, saya kasihan pada Jokowi dan Basuki, yang harus menyelesaikan semua masalah 'warisan' pendahulunya ini. Tapi kini mereka harus melakukannya, karena itu tugas mereka. Beruntung Jakarta mempunyai sedikit harapan pada pimpinan yang lebih merakyat daripada pemimpin sebelumnya. Semoga Jokowi - Ahok, bisa menata kembali kota Jakarta. Sebagai warga yang tinggal di Jakarta, sebaiknya kita mendukung langkah mereka, dengan mendisiplinkan diri sendiri dalam berlalulintas, turut menjaga kebersihan kota, sehingga Jakarta menjadi kota yang lebih humanis untuk ditinggali.

Thursday, December 29, 2011

Rindu Biru

Danau itu sungguh luas, bagai tak berbatas..sejauh mata menerawang, gradasi warna birunya terlihat dominan… sungguh menenangkan batin..

Kubayangkan aku berada di danau itu. Menyusuri sepanjang tepinya, bermain dengan pasirnya yang hangat, dan menikmati sepoi angin membelai wajah.

Langit biru indah, terpapar di depan mata, tampak dekat dan terjangkau. Ingin berlari menembus birunya langit dan berbaur dengannya. Tapi itu hanyalah fatamorgana, aku tahu pasti. Tak mungkin aku menempuh jarak, yang seolah dekat hanya dengan ayunan kakiku. It takes more than that…
“Kamu yakin langit yang kelihatannya biru itu akan tetap biru setibanya kau disana?” demikian kata hatiku berbisik. “jaraknya pun tak mungkin sedekat kau bayangkan…” demikian hati kecilku kembali berbisik.

Sementara aku termangu menatap gradasi biru yang indah dan menyejukkan itu. gradasi biru tampak mulai memudar, berganti kemilau putih yang menyilaukan.

Aah... gradasi biru itu memang menyejukkan, keindahannya membuai mata. Namun aku tak kuasa menggapainya. Kuputuskan untuk kembali pulang... Mungkin, esok aku akan kembali lagi, untuk sekedar menikmati warnanya dan merasakan ketenangannya. Jika ia masih di sana tentunya.

Atau mungkin aku akan mencari keseimbangan baru, untuk mencari ketenangan diriku ... dan tak akan pernah kembali lagi kesana ...


Manggadua, akhir tahun 2011