Wednesday, April 18, 2007

Perempuan Perkasa

Perempuan Perkasa yang Pantang Menyerah!


Ibu Juharti atau biasa dipanggil Mak Uci adalah sosok seorang ibu yang hebat. tanpa berharap materi ataupun penghargaan, berjuang ia untuk memberi fasilitas pendidikan bagi anak-anak di Kampung Neas, Kali Adem, Jakarta Utara. sebuah perkampungan liar tepat di tepi pantai Jakarta, dengan mayoritas penduduk yang bekerja sebagai buruh nelayan atau pengupas kerang.

Beberapa cuplikan wawancara dengan Mak Uci :

"Asal anak mereka bisa cari uang, ga usah sekolah ya ga papa"

"banyak orang di sini yang punya anak banyak, sedangkan penghasilan tak bisa diandalkan, yang ada pendidikan dinomorduakan..."

"ya...orangtuanya aja banyak yang ga sekolah, jadi ya kayaknya udah turunan gitu kalau mereka ga menganggap sekolah itu penting!"

Mak Uci memang bukan siapa-siapa. Dia hanya seseorang yang prihatin dengan kondisi lingkungan dimana banyak anak yang putus sekolah, ataupun tak bersekolah. entah karena alasan klasik yang memang benar2 nyata, yaitu karena keterbatasan ekonomi, atau karena mereka sudah merasa bisa mencari uang maka sekolah menjadi sesuatu yang tak penting.

Mak Uci sempat meneteskan airmata, ketika menceritakan kegelisahannya tentang siapa yang akan meneruskan perjuangannya ini. Ia pernah mengkader seorang pemuda untuk meneruskan mengelola kelompok belajar yang dirintisnya sebelum Ia pindah ke rumah susun tak jauh dari Kampung Neas, namun ternyata si pemuda ini malah menyalahgunakan bantuan untuk kepentingannya sendiri. "saya kaget sekali, saking kagetnya saya rasanya seperti mau pingsan!", tutur Mak Uci sambil berlinang air mata. "bukannya apa2, saya cuma sedih sekali melihat anak2 di sana terpaksa bubar, karena ulah satu orang. rasanya saya jadi terbebani oleh masalah ini". waktu itu rasanya saya ikut sediiih sekali mendengar uneg2nya .

Kini sekolah di empang, begitu dia menyebutnya (karena letak rumah2 disitu yang berdiri di atas empang penuh sampah dan kulit kerang yang menyebarkan bau amis; maka jangan tanya kondisi kesehatan anak2 disana) sudah bubar. satu sekolah di situ juga lenyap terbakar. sekarang kelompok belajar yang diikuti oleh sekitar 75 anak itu belajar di Rusun, bertempat di rumah duka Rusun Kaliadem.

Dalam mengajar Mak Uci dibantu oleh 5 orang pendamping. mereka adalah anak SMP-SMK kelas 1. dalam mengajar pun mereka tanpa rencana. Apa yang kelima pendamping ini dapatkan di sekolah siangnya diajarkan ke adik2nya. kalau ada kesulitan, mereka akan berusaha mencari pemecahan masalahnya kemudian. setiap bulan para pendamping ini mendapat uang lelah atau istilahnya uang transport hasil donasi dari sebuah LSM atau dermawan. uang yang mereka dapatkan biasanya mereka pergunakan untuk tambahan biaya sekolah. maklum, para pendamping ini juga berasal dari kelompok ekonomi lemah yang orangtuanya hanya bekerja sebagai buruh cuci atau serabutan. meski begitu semangat belajar mereka patut diacungi jempol!

Kalau saja semua anak Indonesia dapat bersekolah dengan gampang, mungkin angka kemiskinan sedikit demi sedikit dapat terkurangi. dan bukan mustahil, jika semua orang mau melakukan sesuatu tanpa pamrih seperti Mak Uci, maka mental bangsa Indonesia juga akan teredukasi dan terkoreksi, sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar dan disegani... amin..

PS :

1 comment:

Anonymous said...

Inilah gambaran Kartini di jaman modern yang sebenarnya! Harusnya beginilah perempuan perkasa seperti Ibu Juharti, bukan seperti artis-artis yang ribut rebutan anak setelah cerai, atau artis yang bangga bisa gonta-ganti warna rambut. Salam semangat Kartini untuk Ibu Juharti.