Monday, April 26, 2010

Belajar dari Seorang Marco

Sehari bersama Marco Kusumawijaya ibarat membaca ensiklopedia. Pak Marco demikian saya memanggil ahli tatakota ini (meski dia sebenarnya juga belum terlalu tua). Kami menjelajah wilayah Menteng, Kemang dan sepanjang perjalanan Ia begitu antusias menceritakan tentang keindahan ataupun kebobrokan Jakarta. Pak Marco demikian hapal sudut-sudut jakarta. Sembari bercerita tentang keindahan kota-kota yang pernah disambanginya, Ia membandingkan dengan kondisi Jakarta.

"kota yang nyaman bisa dilihat dari seberapa nyaman orang-orang bisa berjalan kota tersebut". Wah bener juga ya. Saya pernah mengunjungi Taiwan, dan memang di sana orang bisa berjalan dengan nyaman. Jalanan juga tampak lega. Transport sangat mudah. Dibandingkan dengan Jakarta, fiuuuh... macet, mo naik transport umum juga bejubel, ngantri...

Di kawasan Kemang :
" Lihat gedung bertingkat ini. Dia tidak memperhatikan daya tampung jalan di depannya. Padahal secara logika gampang saja memperkirakan berapa mobil yang akan keluar masuk/ atau berapa penghuni gedung tsb yang akan keluar masuk dari jalan ini, padahal sebelum dibangun gedung inipun, jalan di depannya sudah macet"
Benar juga yahh.. kenapa orang bikin gedung ga bisa mikir seperti itu ya? atau kenapa Pemerintah tak punya kesadaran untuk mengatur pembangunan gedung yang disesuaikan dengan kapasitas jalanan ya...??

"Bagaimana bisa kota bisa nyaman, jika Rancangan Peraturan Daerah yang dipersiapkan untuk tatakota 20 tahun mendatang, tidak dianggap serius?"
waduuh! Ini lagi, kok pemerintah ga profesional banget yaa..????

" Ya, untuk itu diperlukan partisipasi warga untuk mengontrol dan memberikan masukan, agar Pemerintah tidak berjalan sendiri"
Hmm.... bener juga sih.. tapi Pemerintah mau ga ya denger omongan warga? Tapi kalau kita diam aja, juga ga akan merubah apapun. Setidaknya kita sebagai warga mencoba untuk memberi masukan, syukur2 Pemerintah mau menampung dan memberikan ruang buat warga.

Menurut catatan sejarah, Revolusi atau perubahan selalu muncul dari kelas menengah. Karena kelas menengah setidaknya punya cukup fasilitas ataupun intelektual untuk melakukan perubahan.

Yaa.. hari itu saya dan teman-teman banyak menerima pelajaran dari seorang Marco. Saya berharap semua warga Jakarta juga punya kesadaran untuk berubah. Berubah untuk membuat negeri ini semakin memihak pada kesejahteraan rakyat, dan bukannya segelintir orang berkuasa yang ingin memperkaya diri.

No comments: